Selasa, 05 November 2013

Khataman Al-Qur'an


Alhamdulillah.. Wasyukurillah... "Puji syukur kehadhirat Allah SWT yang mana telah memberi kita kesehatan, sehingga masih dapat berhadir di rumah kami yang berbahagia ini, dalam rangka sama-sama menghadiri acara Khataman Al-Qur'an oleh ananda tercinta kami", demikian sepenggal tutur kata saya di acara sambutan dalam acara Khataman Al-Qur'an.

Di usianya yang masih belia 9 tahun dan masih duduk di kelas 4 SD akhirnya dengan segala jerih payah dan kadang malesnya kalau disuruh ngaji, ananda tercinta MUTIARA NANDA SYAKIRAH NASUTION berhasil mengkhatamkan Al-Qur'annya. Suatu kebanggaan tiada terkira bagi saya dan istri sebagai orangtua. Ini hanyalah sebagian kecil dari tangggungjawab orangtua. Tanggungjawab yang lebih besar adalah membekalinya dengan ilmu yang bermanfaat, baik ilmu duniawi terutama sekali dengan bekal ilmu akhiratnya. Dimana kita sebagai orangtua selalu berharap mendapatkan anak yang sholeh/sholehah sebagai bekal yang dapat mendo'akan kita nanti jika telah kembali pada-Nya. Saya berharap putri semata wayangku ini dapat menjadi anak yang sholehah nantinya jika kelak dewasa. 


Khataman Al-Qur'an - Mei 2013


Alkisah berawal ketika ananda masih TK-A sudah belajar Iqra 1. Pertama sekali belajar Iqra adalah dengan guru TK-A kesayangannya yang rumahnya cukup jauh berjarak sekitar 5 km dari rumah. Setiap malam sehabis Maghrib saya dan umminya setia mengantarnya. Pulang sekitar pukul 20.30 WIB sampai di rumah terkadang sudah pukul 20.50 WIB. Lelah, capek seharian bekerja setiap malam harus mengantar. Tapi tidak mengapa semua itu demi pendidikan ngaji putri tercinta. Sebenarnya sih saya itu bisa dan sanggup untuk mengajari dia mengaji, soalnya di kampung dulu ayah saya almarhum juga guru ngaji kok. Pernah saya coba mengajarinya ngaji, tapi karena yang mengajar adalah ayahnya sendiri jadi kurang fokus dan serius, cenderung banyak mainnya. Saya juga sebagai ayahnya tentunya gak tega marahin anak sendiri. 



Belajar ngaji seperti ini dilakukan rutin setiap malam kecuali malam Minggu. Tapi lama-kelamaan capek dan jenuh setelah seharian bekerja terus malam ngantar ngaji lagi. Timbul dalam hati kecil bagaimana ya, jika cari guru ngaji yang bisa dipanggil ke rumah? Semacam les private gitu. Cerita punya cerita ternyata dapat solusi dari saudara Ummi yang tinggal di Pasar 4,5 Lubuk Pakam. Katanya ada guru ngaji yang bisa dipanggil ke rumah, tinggalnya tidak jauh dari rumah beliau. Pencarian pun dilakukan dan dibawa ke rumah untuk survay lokasi sekalian memperkenalkan ananda. Diambil kata sepakat pengajian dilakukan dengan jadwal yang bisa disesuaikan. Karena guru ngaji ini ngajarnya tidak hanya di satu tempat, tapi ada di beberapa tempat. Disamping dia juga bekerja aplusan di suatu pabrik yang ada di Tanjung Morawa. Oiya guru ngaji ini masih muda, single dan uniknya tidak mau dipanggil dengan sebutan "Ustadz", entah kenapa mungkin sifat tawdhu'nya 'kali ya, tidak merasa sebagai ustadz, hanya sharing ilmu agama yang di dapat aja katanya. Benar-benar rendah hati ini guru ngaji. Beliau hanya mau dipanggil Pak di depan namanya, namanya sendiri Hendra sehingga panggilannya menjadi "Pak Hendra". Tidak mau juga dipanggil om Hendra apalagi bang Hendra he..he..


Untuk mendapatkan suasana belajar ngaji yang nyaman baik bagi guru ngaji maupun ananda sendiri dan agar tidak membosankan yang paling pentingnya, kami pun berinisiatif menawarkan kepada tetangga barangkali aja ada anaknya yang mau belajat mengaji, supaya ikut gabung di rumah aja. Benar saja rupanya ada orangtua yang tertarik dan ikut bergabung, sehingga total anak mengaji di rumah saya ada 6 anak. Lumayan juga tuh buat nambah-nambahin penghasilan Pak Hendra.


Sang guru ngaji "Pak Hendra"
Pengajian pun dimulai, saat itu ananda sudah Iqra-3 dengan guru ngaji yang lama dan sudah duduk di kelas 1 SD. Tapi rupanya Pak Hendra ini tidak mau ujub-ujub melanjutkan ke Iqra-4, harus di test dari Iqra-1 lagi, dengan catatan apabila nanti hasil test benar baru lanjut ke Iqra berikutnya. Begitu juga dengan anak ngaji yang lain, semua di test dulu. Ada bagusnya sih, "Karena Iqra ini pengenalan huruf Arab yang paling mendasar, jadi bagaimana ngaji Al-Qur'an jika bacaan hurufnya aja belum benar", demikian tutur Pak Hendra saat itu.


Waktu pengajian sangat bervariasi bisa sehabis Maghrib, bisa pukul 14.00 WIB atau bisa juga pukul 17.00 WIB, tergantung kesempatan Pak Hendra dan juga kelowongan si murid ngaji, karena disamping ngaji ananda dan anak-anak ngaji lainnya kan ada yang les bahasa Inggris, Sempoa dan lain-lain. Dalam hal ini si Ummi bertindak sebagai "Contac Person" dengan guru ngaji, via telepon maupun sms. Jika ananda berhalangan karena terbentur dengan les misalnya atau lagi banyak PR sekolah, atau sedang persiapan ujian sekolah ataupun lagi males merajuk, maka pengajian tetap berjalan cuma dialihkan ke rumah teman sepengajian yang lain. Pengajian rata-rata memakan waktu 2 jam-an. Selain mengaji Iqra atau Al Qur'an beliau juga saya tekankan untuk mengajari sholat, tata cara berwudhu' yang benar, hafalan surat-surat pendek, imla', sejarah Nabi, belajar khalighrafi dan pelajaran lain seputaran agama. Dan beliau mendukung program saya. Schedule saya serahkan kepada beliau untuk pengaturannya. 


Yang mendorong saya membuat program tambahan itu adalah ananda sudah tidak mau lagi sekolah MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) yang ada di belakang Masjid Al-Manar yang terletak sekitar 250 meter dari rumah, alasannya capeklah, lama pulang sekolahlah, leslah. Oleh karena itu di pengajian di rumah ini, saya tekankan kepada guru ngaji supaya menambah program seperti itu, minimal sebagai pengganti sekolah MDA-nya. Teringat di kampung dulu namanya 'Sikola Arob'.


Yang patut saya syukuri guru ngaji ini disamping muda, pengetahuan agamanya cukup memadai. Demikian juga dengan pengucapan makhroj hurufnya juga bagus. Gini-gini kan saya tahu juga tentang 'makhroj, tajwid, panjang pendeknya mad' dan lain-lain, kan ayah saya guru ngaji juga dulunya di kampung. Rumah saya di Panyabungan itu menjadi tempat pengajian anak-anak sekampung. Hmmm...sedih...haru... jadi terkenang sama ayah almarhum..


اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
"Ya Allah, ampunilah dia dan kasihanilah dia, sejahterakanlah dia dan ampunilah dia"

Ok kita lanjut ke topik semula, setelah berjalan beberapa tahun akhirnya sekitar bulan Mei 2013 saat itu ananda masih duduk di kelas 4 SD, ananda berhasil mengkhatamkan Al-Qur'annya. 

"Saya sebagai orangtua dari ananda berpikir, kalaupun ananda telah Khatam Al-Qur'an pada malam yang berbahagia ini, bukan berarti pengajian di rumah ini berakhir, sama sekali tidak. Pengajian ini akan tetap berjalan sebagaimana biasa sampai semua anak-anak lainnya pada khatam. Lagian kalau sudah berhenti mengaji mana dibuka-bukanya lagi nih Al-Qur'an. Disamping itu untuk memperlancar dan mempermahir lidah, sehingga tidak lupa akan kajiannya", Itu kutipan kata-kata saya sewaktu menyampaikan pidato sambutan dari orangtua pada acara khataman tersebut.













Sang guru ngaji dan teman-teman sepengajian ananda

Sampai sekarang Nopember 2013 teman-teman sepengajian ananda masih ada 3 lagi yang belum selesai menamatkan Al-Qur'annya.  Menurut Pak Hendra sang guru ngaji, bagi yang sudah khatam boleh ikut mengaji dengan mengikuti juz temannya yang belum selesai. Demikian kisah keluarga ini , semoga bermanfaat. Salam.



= The End =

Tidak ada komentar:

Posting Komentar